DPMPTSP KOTA KEDIRI
Post
Potensi
10 Booming Cities di Indonesia 2020

 

Pada 2019, PDRB per kapita Kota Kediri yang sebesar Rp. 314.000.000 per tahun merupakan yang terbesar kedua setelah Jakarta Pusat. Pertumbuhan ekonomi juga stabil, rata-rata 5,35 persen per tahun dalam tiga tahun terakhir. Dari sisi sosial, Kota Kediri yang berada di peringkat terakhir dalam 10 Booming  Cities. tingkat kemiskinan pada 2019 mencapai 7,2 persen dan pengangguran  terbuka 4,2 persen. Kendati demikian, tingkat pertumbuhan tabungan warga cukup tinggi, yaitu 8,8 persen per tahun dalam tiga tahun terakhir.

 

 

10 Kota Paling Berkembang di Indonesia (2017 - 2019)

3 Sektor Penopang Ekonomi

                                                                                                                                                                                           

Kota di Provinsi Jawa Timur ini menyediakan tiga sektor usaha yang potensial dan dua sektor moderat yang masih berpeluang untuk berkembang. Dari lima sektor tersebut, seluruhnya masih memiliki pangsa pasar yang rendah di tingkat provinsi, sehingga peluang penetrasinya masih sangat besar. Khusus untuk sektor yang mederat, keunggulan komparatifnya dibandingkan sektor yang sama dari daerah lain cenderung rendah.

 

Gunung Klotok

Gunung Klotok memiliki ketinggian 536mdpl yang berada di dekat kaki Gunung Wilis, Kecamatan Mojoroto Kelurahan Pojok Kota Kediri. Keunikan dari gunung ini adalah bentuknya yang menyerupai sosok perempuan yang sedang tertidur. Gunung Klotok terdapat 3 Goa, yaitu Goa  Selomangleng, Goa Selobale dan Goa Padedean, selain itu juga terdapat sumber mata air yaitu sumber Lo. Gunung yang dijuluki sicantik tidur  ini memiliki 2 puncak yang sering di kunjungi oleh pendaki, yaitu puncak Klop yang berada ditengah dan puncak Watu Bengkah yang berada di  selatan. Area sekitar gunung klotok terdapat beberapa tempat wisata dan peribadatan yaitu Goa Selomangleng, Kolam Renang Klotok, Kolam Renang Brigif Wira Yudha, Museum Airlangga, Arena Motocross, Taman dan Mini Zoo Brigif Wira Yudha, View 138, Kebun Bunga Matahari  Agro Lembah Tretes, Kampung Kelinci serta Pura Penataran Agung Kilisuci.

 

Klotok berasal dari kata KOLO yang artinya bahaya dan TOK artinya saja, secara harfiah memiliki arti Gunung yang berbahaya. Arti tersebut semata-mata merupakan rentetan kisah sejarah Kerajaan Kediri dengan masa pemerintahan Prabu Sri Aji Jayabaya dan legenda tempat bertapanya Dewi Kilisuci. Pada masa itu Klotok merupakan tempat pertahanan yang kuat untuk perang kuno dengan lebatnya hutan dan banyaknya perbukitan serta merupakan tempat yang strategis untuk mengawasi Pelabuhan (terletak di Bandar Lor) dan seluruh Kota Kediri.

 

 

 

Kawasan Industri dan Pergudangan

Kawasan pergudangan berfungsi sebagai penyimpanan barang hasil produksi dari sebuah industri. Menurut Peraturan Daerah Kota Kediri Nomor 1 Tahun 2012, tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Kediri Tahun 2011 – 2030 total penggunaan lahan Kawasan industri dan pergudangan 176,61 Ha dan tersebar di Kecamatan Mojoroto 22,02 Ha, Kecamatan Kota 121,77 Ha dan Kecamatan Pesantren 32,82 Ha. Semua Kawasan ini merupakan Kawasan yang potensial untuk investor menanamkan modalnya di Kota Kediri untuk sektor pergudangan dan industri.

 

 

 

 

Tenun Ikat Bandar

Salah satu sentra tempat kerajinan tenun ikat terletak di  kelurahan Bandar Kidul Kecamatan Mojoroto dan berdiri sejak tahun 1950 an dengan proses produksi menggunakan ATBM (alat tenun bukan mesin). Wilayah tempat ini disebut Kampung Tenun Ikat, karena sebagian besar masyarakatnya memiliki usaha tenun ikat khas Kota Kediri. Peminat tenun ikat khas Kota Kediri ini tidak hanya dari Kota Kediri saja tetapi daerah sekitar Kediri seperti Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Nganjuk, Jombang Mojokerto. Selain itu juga diminati masyarakat luar Jawa seperti Kalimantan dan Aceh serta merambah skala Internasional seperti Jepang.

Tenun ikat Kota Kediri sudah ada pada abad 11 – 13 pada masa Kerajaan Kediri. Seorang sejarawan asal Belanda Gerrit Pieter Rouffaer meneliti kain tenun ikat tersebut dan mengembangkannya dengan memberikan motif dengan Teknik mengikat dan membentuk pola dengan menggunakan canting.  Kemudian berkembang Ketika warga keturunan Tionghoa pada tahun 1950-an membuka usaha dan memiliki kurang lebih 200 alat tenun ikat tradisional dan ratusan pengrajin. Usaha tersebut jaya pada masanya karena banyak diminati negara India, Madagaskar, China dan Arab. 

 

Seiring berjalannya waktu pada tahun 1985 kejayaan tenun ikat kian surut karena ratusan mesin tenun modern muncul dan muncul kain tenun dan batik tenun hasil pabrikan. Karena kecepatan produksi dan harga kain tenun pabrikan juga lebih murah banyak pengrajin yang enggan membuat tenun menggunakan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin). Demi melestarikan budaya dan meningkatkan kualitas serta meningkatkan perekonomian masyarakat khususnya pengrajin tenun mulai dibuat kembali dengan menggunakan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin). Sampai sekarang tenun ikat Bandar Kidul banyak diminati dan berkembang serta dikenal baik skala Nasional maupun International.

 

Kini banyak variasi motif seperti ceplok hingga lung serta banyak variasi bahan seperti bahan benang biasa, gombyor, semi sutra dan sutra. Ada 14 tahapan dalam pembuatan tenun ikat ini, seperti :

Lungsi atau kenteng, Pencelupan benang, Pemintalan benang, Skeer / penggulungan benang, Grayen / penyambungan benang, Pemintalan benang putih, sebagai dasar, Reek / Menata benang, Desain motif / Pengikatan, Pencelupan, Colet, Pelepasan Tali, Mengurai benang, Pemintalan benang pada palet dan Proses tenun.

 

 

 

Tahu Kuning

Tahu Kuning atau familiar disebut Tahu Takwa adalah makanan khas Kota Kediri dengan melalui perendaman air kunyit dalam prosesnya. Tahu ini memiliki kepadatan dan kekenyalan lebih baik dibanding tahu putih biasa dan memiliki rasa gurih alami. Sentra pembuatan tahu dan oleh-oleh tahu kuning ini ada 3 tempat, yaitu di Jalan Yos. Sudarso, Jalan Pattimura dan Jalan Tinalan.

Makanan khas Kota Kediri ini berasal dari Tiongkok yang kemudian dibawa ke Indonesia, salah satunya adalah ke Kota Kediri. Lauw Soe Hoek (Bah Kacung), Liem Ga Moy dan Kaou Loung adalah pelopor pembuatan tahu kuning yang ada di Kota Kediri. Pada tahun 1900 mereka membuat tahu kuning dan sampai saat ini diteruskan oleh A. Herman Budiono keturunan ke 3 putra dari Lauw Sing Hian (putra dari Lauw Soe Hoek).

 

Proses pembuatan tahu kuning tidaklah mudah, karena harus ada kesamaan karakteristik air, bahan baku serta proses yang menghasilkan kualitas tahu pada saat ini.

 

Manfaat dari tahu kuning sendiri adalah menurukan resiko penyakit jantung karena protein nabati yang terkadung dalam kedelai dan minyak tumbuhan yang baik untuk menurunkan kadar kolesterol dan mencegah penyumbatan jantung. Selain itu juga mencegah penyakit kanker dan hasil fermentasi juga meningkatkan pembentukan vitamin K untuk mencegah pendaran serta terdapat kandungan insulin yang dapat menurunkan kadar gula darah. Kandungan curcumin juga pada kunyit juga mengandung anti-inflamasi alami dan meningkatkan neurotropic untuk kecerdasan otak.

 

 

HUBUNGI KAMI
Alamat
Jl. Basuki Rahmat No.15, Pocanan Kota, Kediri, Jawa Timur 64123
Telepon
(0354) 682345
Email
info@dpm.kedirikota.go.id
Google Maps
Copyright 2024 - DPMPTSP KOTA KEDIRI